Vampire bisa dikatakan sebagai sesuatu yang jarang muncul sekarang di dunia perfilman, kalah pamor dengan zombie. Disaat keringnya film vampire berkualitas atau bahkan film vampire itu sendiri, What We Do in the Shadows muncul.

Dengan ala dokumenter, What We Do in the Shadows bercerita tentang para vampire yang hidup di dunia modern. Bagaimana mereka berbaur, tinggal satu rumah, mengundang orang untuk dimangsa, dan sebagainya.



Segar dan orisinil adalah kesan pertama yang saya rasakan seusai menonton. Baik vampire maupun mockumenter, keduanya adalah dua hal yang jarang muncul, apalagi sampai disatukan. What We Do in the Shadows terhitung sukses menggabungkan keduanya.

Film mockumenter vampire, tentu memiliki banyak hal-hal yang dapat digali untuk mengundang tawa penonton. Dan sekali lagi, What We Do in the Shadows berhasil menggunakan sumber daya yang melimpah tersebut. Entah dari apa yang para vampire lakukan, atau apa yang para vampire katakan, What We Do in the Shadows secara konsisten sukses mengocok perut saya.



Jujur, saya tak tahu-menahu tentang film ini sebelumnya. Melihat trailer ataupun sinopsis pun tidak. Hanya berbekal dengan rasa penasaran dan rekomendasi dari teman, What We Do in the Shadows secara mengejutkan menjadi sesuatu yang saya nikmati.

Meskipun belum dapat diberi nilai sempurna, What We Do in the Shadows berhasil membuktikan diri sebagai film yang menghibur namun sayang kurang mendapat perhatian. Tak ragu, What We Do in the Shadows masuk ke daftar film komedi favorit saya.
9/10